Kajian Psikologis dan Theologis mengenai Homosexual – Part 2

Melanjutkan pembahasan mengenai homosexual ini mengingatkan saya akan lagu Lady Gaga yang berjudul I was born this way. Dalam salah satu liriknya:

No matter gay, straight or bi Lesbian, transgendered life I’m on the right track, baby I was born to survive

……….

I’m beautiful in my way ‘Cause God makes no mistakes I’m on the right track, baby I was born this way

Is that true that God makes no mistake? and we are in the right track? mari kita lihat pandangan-pandangan yang mendukung keberadaan LGBT..

(Gambar salah satu Gay Parade)

Pengaruh Genetika???

Perlu disadari orientasi sexual adalah termasuk didalam personality manusia, setiap manusia ini memiliki dorongan dan hasrat sexual, dan manusia juga hakekatnya ialah mahluk sosial yang membutuh cinta. Secara dewasa kita mesti berani mempertanyakan apakah cinta “eros” hanya akan terbatas pada hubungan laki-laki dan perempua saja?

Untuk memahami personality kita harus memahami molekul informasi yaitu DNA. Rahasia DNA bukan berada dalam sifat-sifat fisiknya yang amat sederhana tetapi dalam informasi yang dibawanya. Molekul-molekul DNA ini mirip cip-cip komputer, walau tampak sama tetapi molekul-molekul ini memiliki fungsi masing-masing yang sangat berbeda bergantung pada bagaiman ia diprogram. Dari urutan genom manusia, kita mengetahui bahwa DNA kita secara kasar memilki 35.000 gen yang berbeda, dan dari 35.000 gen yang berbeda itu kita hanya mengetahui fungsi dari sekitar sepertiganya saja. Walau setiap manusia memilki DNA yang hampir sama yakni sekitar 35.000 gen tadi tetapi bukan berarti identik, terdapat variasi-variasi yang disebut polimorfisme, terjadi kurang lebih satu kali setiap 1.000 basa diantara manusia-manusia yang tidak berkerabat. Karena manusia mengandung total sekitar 3 milyar basa DNA, itu berarti ada sekitar 3 juta perbedaan antara DNA saya dan anda. Ini lah yang bertanggung jawab atas semua perbedaan yang diwariskan di antara kita.

Dari semua studi mengenai personality rata-rata memiliki hasil yang sama yaitu 45 – 50 % kepribadian kita dibentuk secara alamiah oleh kode-kode DNA kita. Selama ini kita diyakini bahwa kepribadian kita dibentuk oleh “nurture” atau bagaimana kita diasuh atau di didik. Dalam salah satu buku yang di tulis Judith Rich Harris yang berjudul No Two Alike, ia mengunkapkan suatu hasil penelitian yang mencengangkan bahwa “Bagaimanapun kita diasuh tidak memiliki dampak sama sekali terhadap kepribadian kita”. Walau bukan berarti sifat orang tua kita dan hubungan kita dengan mereka menjadi tidak penting, tetap orang tua dapat mempenharuhi kita dalam berbagai aspek seperi nilai-nilai iman, sopan santun, kegemaran mu main bola, kesukaan menikmati makanan ibumu.

Bagaimana kita mengetahui bahwa memang gen lah yang bertanggung jawab atas orientasi sexual kita?? yaitu dari penelitian terhadap anak-anak yang kembar identik. Sir Francis Galton salah seorang ilmuan Inggris pada abad ke-19 lah yang juga sepupu Darwin, ialah yang merintis penelitian terhadap orang kembar. Dari banyak penelitian yang dilakukan hampir semua memiliki kesesuaian bahwa anak-anak yang kembar identik atau dikenal dengan Monozygotic (MZ) memiliki kesamaan orientasi sexual ketimbang anak-anak sodara sekandung atau kembar tidak identik/ fraternal atau juga dikenal dengan istilah dizygotic (DZ) bahkan jika kedua kembar Monozygotic ini terpisah sejak kecil dan diasuh dalam lingkungan yang berbeda dan tidak saling kenal. Salah satu contoh penelitian yang dilakukan pada tahun 1952 bahwa ada 100% kesamaan orientasi sexual terhadap 37 pasangan kembar Monozygotic (MZ) dan ada 15% kesamaan orientasi sexual terhadap pasangan kembar fraternal dizygotic (DZ) (Kallmann 1952a,b). Walaupun ada penelitian yang lain yang sedikit berbeda pada tahun 2002 yaitu adanya kesamaan 20-25% kesamaan orientasi sexual pada kembar MZ (Hershberger 2001).

(ilustrasi kembar MZ)

Hal lain yang mendukung ialah penelitian yang dilakukan Alfred C. Kinsey, salah seorang profesor di bidang entomology dan zoology dari Indiana University, Amerika Serikat, dia menerbitkan suatu skala orientasi sexual. Menurut hasil penelitiannya bahwa hanya ada 5-10% yang benar-benar homosexual atau heterosexual, sisanya atau 90% orang berada di tengah-tengah atau bisexual dimana semakin kekanan dari skala itu semakin mengarah menjadi seorang homosexual

0 = Exclusively heterosexual

1 = Predominantly heterosexual, only incidentally homosexual

2 = Predominantly heterosexual, but more than incidentally homosexual

3 = Equally heterosexual and homosexual

4 = Predominantly homosexual, but more than incidentally heterosexual

5 = Predominantly homosexual, only incidentally heterosexual

6 = Exclusively homosexual

Contoh sederhananya ialah misal seorang laki-laki bisa saja kagum ketika melihat seorang laki-laki yang tampan walaupun ia tidak memiliki perasaan sexual terhadap laki-laki tersebut, ini dapat dikategirikan sebagai skala 1 Kinsey. Walaupun teori Kinsey ini tidak sepenuhnya dapat diterima. Dari semua penelitian yang saya jabarkan perlu diakui bahwa nampaknya memang ada pengaruh genetika terhadap setiap orientasi sexual, namun pertanyaan mendasar apakah memang ini sesuatu yang bersifat heredetik atau sesuatu yang diturunkan alias dari sononya atau memang ada faktor eksternal yang mempengaruhi gen atau hormonal?

Homosexual sebagai faktor keturunan??

Ada banyak penelitian yang mencoba menggali faktor heriditas terhadapa orientasi sexual, namun dari beberap penelitian banyak menunjukan ketidak sesuaian. Contohnya :

1. Pada tahun 2000 Kirk et al. melakukan penelitian yang menghitung faktor keturunan terhadap orientasi sexual yaitu 50 – 60 % pada perempuan dan 31 % pada pria

2. Namun Pillard and Bailey (1998) mengatakan tidak ada pengaruh keturunan terhadap orientasi sexual perempuan

3. Hershberger (1997) juga melakukan penelitian yang menyatakan tidak ada pengaruh keturunan pada orientasi sexual pria namun sebaliknya untuk wanita

Dari semua penelitian diatas tidak menunjukan konsistensi, maka perlu diyakini bahwa homosexual bukan suatu yang bersifat heredetik atau keturunan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada pengaruh gen disana. Memang nampak seolah-olah bertolak belakang.

Apa yang menyebabkan seseorang menjadi homosexual jika bukan pengaruh keturunan?

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya memang ada pengaruh genetika, tetapi saya masih tidak meyakini pengaruh hereditas atau keturunan.

Suatu waktu saya pernag menonton dalam acara Oprah Winfrey Show, ditampilkan pasangan suami istri yang ternyata masing-masing adalah gay dan lesbi kemudian akhirnya mereka berpisah dan masing-masing menikahi pasangan gay nya, namun menariknya anak mereka yang saat itu masih berusia remaja tidak memiliki orientasi sexual homosex namun tetap heterosexual alias tetap menyukai lawan jenis.

Seperti yang saya jabarkan sebelumnya bahwa personality kita 45-50% dibentuk karena pengaruh gen, berarti kehomosexual seseoarng 45-50% tidak terlepas dari pengaruh genetika, namun bukan suatu yang bersifat heredetik (ini masih menurut saya). Berarti ada faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi “mutasi” gen seseorang. Dalam salah stau penelitian terbaru pada tahun 2011 terhadap pengaruh Bisphenol-A (BPA) terhadap orientasi sexual. Dalam penelitian terhadap sejumlah tikus jantan yang terpapar BPA menunjukan perubah perilaku dan sifat menjadi lebih seperti tikus betina, bahkan mereka menunjukan ketidak tertarikan terhadap tikus betina alias jadi tikus maho hahah. Dari hasil obeservasi juga ditemukan kandungan sperma dan testosteron tikus yang terpapar BPA sangat rendah dapat dibaca di artikel berikut. Ironisnya banyak bahan plastik tempat makanan kita mengandung bahan Bisphenol-A ini (so hati-hati dalam memilih kemasan makanan, silahkan baca artikel saya tentang bahaya plastik) disamping itu banyak makanan gorengan yang digoreng menggunakan minyak yang dicampur plastik. Memang ini masih bersifat premature karena belum diujikan kepada manusia hehe kecuali ada yang mau?

Disamping itu juga adanya pengaruh hormonal ibu ketika mengandung sang bayi yang dapat mempengaruh perkembangan hormonal dan perkembangan genetis sang bayi. Banyak penelitian yang dilakukan terhadap binatang yang menunjukan perubahan perilaku sexual permanen ketika terjadi perubahan prenatal androgens atau pegaruh hormonal orang tua ketika mengandung sang anak. Perubahan hormonal seseorang sangat bergantung banyak pada faktor-faktor eksternal seperti tingkat stress, asupan gizi, apa yang dikonsumsi. Sehingga ini penting untuk ibu-ibu hamil dijaga kehamilannya dengan kasih sayang dan selalu memperhatikan asupan-asupan gizinya.

Ini pun saya kira sesuai dengan Firman Tuhan, yaitu akibat dosa yang merusak gambaran Allah :

Roma 5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa

Disamping faktor genetis yang kita bicarakan masih ada 45-50% yang bukan karena faktor genetis, kira-kira apa sajakah yang mempengaruhinya:

1. Chance alias kesempatan, walaupun seseorang memiliki bakat sebagai seorang homosexual namun jika ia tidak memiliki kesempatan untuk “membuahinya” maka kehomosexualannya tetap hanya akan menjadi “potensi”. Jadi ingat bang napi ini “kejahatan tidak hanya terjadi karena ada niat tetapi ada kesempatan” Waspadalah.!!, waspadalah!! hehe.  Kesempatan ini bergantung pada kondisi sosial kultur dan demografis suatu wilayah, jika misal seseorang dengan bakat genetika gay hidup dan tinggal di hutan belantara maka belum tentu ia akan terbentuk menjadi seorang gay

2. Peer alias pergaulan atau pertemanan, artinya walaupun anda memiliki bakat seorang gay dan memungkinkan memiliki chance atau kesempatan melakukannya, namun jika anda tidak memiliki lingkup pergaulan atau orang yang seoarng gay maka kehomosexualitas itu hanya akan tetap menjadi “potensi”.

Lalu untuk menjawab pertanyaan yang ada di Part-1 apakah gay menular? karena pengaruh pergaulan gay, atau mungkin harus menjauhi teman-teman gay??  Jadi sebenarnya ada 3 faktor utama yang harus saling memenuhi untuk membentuk kehomosexualitasan seseorang yaitu GEN, CHANCE, & PEER. Walaupun anda memiliki kesempatan atau pergaulan itu tidak akan begitu mempengaruhi jika anda tidak memiliki bakat sebagai seorang gay.

Ada suatu cerita yang saya baca di kaskus, tentang anak-anak remaja laki-laki yang tinggal di asrama. Ketika ia masih SMP, ia dan teman-teman laki-laki asramanya melakukan sexual activity, bahkan menurutnya ia sempat menikmati hal tersebut. Namun ketika ia keluar dari asrama tersebut, ia tetap tidak menjadi seoarng homosex atau mempraktekan hal yang pernah ia lakukan ketika SMP. Artinya anak ini memang memiliki kesempatan dan pergaulan tetapi tidak memiliki bakat.

Artinya “gay” itu bukan sesuatu yang menular menjadi perilaku, berkaca dari penelitian Kinsey, jika seseorang bergaul dengan homosex dan melakukan aktivitas seksual dengan sesama jenis tapi ia tidak memiliki bakat genetika maka ia hanya akan memiliki skala 1 alias Predominantly heterosexual, only incidentally homosexual = Dominannya heterosxual hanya secara tidak sengaja melakukan aktivitas homosexual.

Artinya anda bisa bergaul dengan siapapun, tetapi kembali kepada bakat anda, anda punya bakat apapun masih bergantung pada kesempatan dan pergaulan anda. Untuk Part-3 saya akan membahas dari sudut pandang theologisnya

Banyak gereja hanya berhenti dengan mengatakan ini adalah dosa namun what next?  If I am a homosexual? Gampang bagi kita untuk mengatakan ini itu dosa, salah tetapi tidak memberikan solusi apapun. Dan senjata semua orang kristen pada umumnya apapun masalah kita mau itu besar atau kecil yaitu “doa”. Bukan saya mengecilkan kuasa doa, tetapi orang membutuhkan jawaban yang lebih dari sekedar itu. Hal ini seperti ini pun tidak akan hanya selesai dengan doa pelepasan atau pengakuan dosa kepada pendeta atau pastor. Sorry saya tidak bisa menepati janji saya untuk hanya membahas dalam 2 part mengingat topik ini cukup rumit untuk dibahas bahkan pembahasan saya ini masih cukup dangkal. Tuhan Yesus memberkati

2 thoughts on “Kajian Psikologis dan Theologis mengenai Homosexual – Part 2

  1. Pingback: Kajian Psikologis dan Theologis mengenai Homosexual – Part 3 | littleflocks

  2. Pingback: Kajian Psikologis dan Theologis mengenai Homosexual – Part 1 | littleflocks

Leave a comment